Senin, 09 September 2013

Kondisi Energi Gas Bumi di Indonesia

                Kebutuhan akan energy untuk suatu negara baik itu untuk pengembangan negara tersebut ataupun untuk memenuhi hajat orang-orang yang ada di negara tersebut merupakan suatu isu yang memerlukan perhatian yang cukup besar baik untuk pemerintah ataupun masyarakat sipil di negara tersebut. di Indonesia, energy fosil masih sangat dominan untuk memenuhi kebutuhan energy di negara Indonesia. Sumber energy fosil yang memiliki kontribusi besar untuk memenuhi kebutuhan energy di Indonesia terdiri dari minyak bumi (30 %), gas bumi (20 %), batu bara (30 %), dan sisanya dari EBT (Energi Baru Terbarukan). Menteri ESDM, Jero Wacik, mengatakan akan mengubah komposisi tersebut untuk mewujudkan ketahanan energy di Indonesia, pada tahun 2025, Jero wacik menargetkan akan menjadikan komposisi kontribusi untuk gas bumi di Indonesia meningkat menjadi 30 %. Jero Wacik menargetkan hal tersebut karena berdasarkan hasil eksplorasi, cadangan gas bumi Indonesia diperkirakan sebesar 103 TSCF dan produksi gas saat ini sekitar 8.2 MMSCFD. Dari data ini kita bisa mempertahankan produksi gas sampai 30 tahun ke depan. Sedangkan untuk minyak, kita hanya bisa bertahan sekitar 10 tahun lagi. Oleh karena itulah kita harus mulai untuk beralih sumber energy dari minyak ke gas bumi.
                Beberapa tahun yang lalu, sebelum tahun 1960, Gas yang ada di Indonesia di buang begitu saja, karena pada saat itu fokus utama dalam operasi eksplorasi Migas adalah untuk mencari Minyak Bumi. Jadi pada saat itu, jika kita mendapatkan gas,

kita anggap operasi eksplorasi kita gagal. Seiring berjalannya waktu, pada tahun 1960an, kita mulai memanfaatkan gas yang ada di Indonesia yaitu di lapangan Pendopo, Sumatra Selatan oleh PT Stanvac Indonesia. Setelah itu, perkembangan produksi gas alam di Indonesia meningkat pesat, terutama peningkatan pada tahun 1974 dimana Pertamina mulai memasok gas alam dari ladang gas yang ada di Prabumulih, Sumatra Selatan ke pabrik pupuk Pusri II,Pusri III dan Pusri IV di Palembang. Selain di lapangan Prabumulih, pada tahun 1974, Pertamina juga memasok pabrik pupuk dan industry menengah dan berat di kawasan Jawa Berat dan Cilegon Banten dari lapangan gas lepas pantai laut Jawa dan kawasan Cirebon. Pada tahun 1979, selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, produksi gas di Indonesia juga di ekspor ke beberapa negara seperti Jepang dan Korea Selatan dalam bentuk LNG (Liquefied Natural Gas). Lapangan gas di Indonesia yang mengeskpor LNG ke beberapa negara adalah Lapangan yang berada di Nanggroe Aceh Darussalam yang dikelola oleh PT Arun NGL Company.

                Saat ini, produksi gas Indonesia sebagian besar di produksikan oleh Kontraktor asing TOTAL E&P sebesar 1.693,98 mscfd dari Blok Mahakam, Kalimantan Timur, nilai tersebut sekitar 20 % dari produksi total gas di Indonesia. Peringkat dua ada perusahaan BP Berau dengan produksi sekitar 15 % dari produksi total gas di Indonesia. Di peringkat tiga baru perusahaan nasional kita Pertamina dengan laju produksi  sekitar 1000 mscfd. Dari seluruh lapangan gas yang ada di Indonesia, lapangan dengan produksi gas terbanyak adalah lapangan yang ada di Kalimantan yaitu blok Mahakam. Sungguh sangat disayangkan ternyata lapangan-lapangan besar yang ada di Indonesia masih diolah oleh perusahaan asing. Selama ini, telah di temukan berbagai lapangan gas baru dengan potensi yang cukup besar di Indonesia seperti di blok Sulawesi Selatan I, Sulawesi Selatan II, Sulawesi Tenggara I, dan masih banyak blok gas yang memiliki potensi yang besar dan siap untuk di produksi. Walaupun Indonesia memiliki banyak potensi untuk memproduksi gas, namun masih banyak kendala yang harus kita hadapi, dan kendala tersebut terkadang lebih banyak jika kita bandingkan dengan kendala yang terjadi saat kita melakukan  produksi minyak bumi. Salah satunya adalan masalah penyimpanan, jika kita memproduksi minyak, kita tidak memerlukan tempat yang besar untuk menyimpannya, sedangkan jika kita memproduksi gas, kita harus langsung memberikannya kepada konsumen (tidak bisa disimpan) oleh karena itulah, walaupun kita sudah menemukan cadangan gas, kita masih perlu lagi menemukan konsumen yang mau memanfaatkan gas kita, hal ini lah yang masih menjadi penghambat utama perkembangan gas di Indonesia. Selain masalah itu , masih banyak lagi masalah-masalah yang harus di selesaikan untuk meningkatkan produksi gas di Indonesia seperti masalah perizinan, teknologi, dll. Di harapkan para teknisi-teknisi perminyakan yang ada sekarang dapat membantu dalam menyelesaikan beberapa masalah yang sedang terjadi untuk memenuhi kebutuhan energy di Indonesia terutama untuk memenuhi target yang telah dikemukakan oleh Menteri ESDM yaitu memenuhi 30 % dari kebutuhan energy yang ada di Indonesia pada tahun 2025. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar